18 April 2013

Ujian Nasional 2013 Ujian Gagal Nasional

Tahun ini adalah sejarah dimana Indonesia dalam melaksanakan UN tidak bisa serentak. Bisa dikatakan ini adalah UN terburuk yang saya temui seumur hidup saya. Mungkin niat pemerintah memang benar; untuk meminimalisir terjadinya kecurangan. Tapi caranya yang salah. Saya sebagai pelajar kelas sebelas saja merasakan apa yang kakak-kakak kelas rasakan. Kasihan mereka, mereka juga manusia. Dan sangat tidak pantas untuk dijadikan bahan percobaan. 20 varian soal itu menunjukkan kurang cerdasnya Kemdikbud baik dari segi ekonomi, manajemen, maupun koordinasi. Maunya membawa sistem yang berbeda tapi ternyata kocar-kacir.

 Menurut sudut pandang saya pemerintah itu kurang greget dalam mengambil tindakan, terlalu singkat. Bayangin saja pengambilan tender percetakan kok cuma di Jawa. Sudah pasti 11 provinsi di bagian tengah (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur) terjadi keterlambatan distribusi soal UN. Seharusnya daerah Papua, NusaTenggara, Sumatera, dan sekitarnya juga ada tender agar distribusi soal lancar. Sehingga UN dapat berjalan serentak seluruh Indonesia. Berbagai kontra pun mericuhkan seantero masyarakat Indonesia. Terbukti dari  beberapa media yang menghadirkan  liputan seputar UN, berikut beberapa berita yang berhasil saya tangkap dengan mata dan telinga saya :
Tidak cukup sampai itu, keingintahuan saya yang besar ternyata mendorong saya untuk melakukan interview dengan beberapa kakak kelas walhasil apa jawaban mereka? “UN tahun ini sulit. Soalnya jauh berbeda dengan tahun kemarin”. terus ada lagi yang bilang “LJUN-nya fotocopy-an.” Berbagai akuan kalau UN tahun ini menyusahkan terlontar dari mulut mereka.
Astaghfirullah… Pemerintah itu gimana sih persiapannya kok sama sekali tidak fix. Masalah LJUN fotocopy-an jelas sangat meresahkan peserta ujian. Selain mereka harus sangat seteliti mungkin, yang namanya fotocopy-an memang sensitif, dihapus sedikit bisa hilang. Hal tersebut semakin menambah kekhawatiran peserta ujian, jikalau LJUN mereka tidak dapat terbaca di scanner.
Ini bukan lagi perkara yang kecil. Semoga Kemdikbud dapat mengkoreksi pelaksanaan Ujian Nasional sebagai evaluasi bagi pelaksanaan Ujian Nasional di masa mendatang dan alangkah lebih baiknya pelaksanaan Ujian Nasional tidak digunakan lagi sebagai kriteria kelulusan, tapi hanya digunakan sebagai pengukur pemetaan tingkat pendidikan di sekolah-sekolah.
Congratulations for all12grades of Indonesian students who have finished their national exams. Semoga lulus 100% dan nilainya memuaskan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar