Terimakasih
untuk setiap luka yang kau torehkan. Aku cukup mengerti bagaimana rasamu, tak
pernah benar-benar tulus menyayangiku. Memang semua yang terlontar dari mulut
tak selalu sama dengan yang di dalam hati, terlalu munafik kau dengan semua
perangaimu ke aku. Aku lelah terus dihantui kabut hitam. Dari dulu yang aku
inginkan adalah mentari bukan mendung seperti ini.
Yang
masih aku pikirkan saat ini ialah dalam tanda kutip Kenapa kamu lebih memilih
dia yang baru kamu kenal kemarin tanpa kau ketahui seluk beluknya? Dan aku yang
selalu menunggumu, selalu baik-baikin kamu didepan teman-temanku, selalu
menyertakan kamu dalam setiap munajatku, dan selalu mengorbankan apa saja
untukmu. Mengapa kau mengabaikanku? Tak adakah sedikit rasa iba yang tertanam
di hati kecilmu? Kenapa kau seolah tak pernah menganggapku ada?
Memang,
aku jauh sekali sama yang namanya 'sempurna'. Sedangkan dia, cantik, pintar,
dan mungkin tidak melankolis sepertiku. Mungkin hal itu yang membuat sikap ketidak
adilan bersarang pada dirimu. Aku cukup menyesal uda ngelakuin apa aja buatmu
yang semuanya takkan pernah terbalas, nyesel uda nyebutin kamu dalam setiap
munajatku, dan yang paling aku sesali adalah dua tahun ini terasa sia-sia dan
cuma sakit yang hampir setiap hari aku rasakan.
Please
don't disturb my life, jangan berikanku harapan palsu. Don't take a pain again,
And Go out from my life..