Aku terpaku dalam sunyinya malam, membayang setiap angan, terlintas banyak pengharapan dan mimpiku.Semua terasa menyenangkan menurutku, bergerak dengan mimpi dan harapan adalah penguat tiap langkahku, langkah menuju lebih baik, kini terbayang kembali masa itu, dimana aku jatuh pada pijakanku sendiri. Terpeleset tanpa sengaja, membuat semua kacau, mimpi dan pengharapanku.
Penguat tiap langkahku menghilang bak debu tertiup angin, ingin rasanya aku lepaskan seluruhnya, perasaan bebanku sendiri, semua terasa membebani pundakku, peristiwa itupun terulang, aku kembali padanya, mendekatkan diriku kembali pada seorang, seseorang dimasa lalu yang aku telah tutup kisahku dengannya, kudekatkan diriku dengan tanpa penjagaan, aku mengulangnya, kubuka kembali lembaran lamaku, kubuka pintu kesakitan yang telah tertutup. Aku yakin semua aku lakukan karna aku lelah pada masa itu, lelah menopang berat di pundakku dengan berbagai macam problematika yang aku merasa menanggungnya sendiri waktu itu.---Semua berawal dari, dia datang kembali padaku di saat masalahku memuncak, semangat juang diriku menghilang, dan jujur pada waktu itu, yang aku butuhkan adalah motivasi dari sekelilingku, aku butuh perhatian seseorang yang dapat mengembalikan aku pada diriku yang sebenarnya, dan detik itu aku mengingat kembali masa laluku, masa dimana kisah itu berlalu, masa dimana semangat mimpiku berada di puncak emosi diriku, semangat hidup terbaikku. Aku ingat itu, semua terulang, aku dekatkan kembali diriku dengan harapan penuh, dialah orang yang mampu mengembalikan aku pada diriku yang sebenarnya, kedekatan pun berlalu, semua aku lakukan tanpa aku batasi diriku sama sekali, aku lupakan semua yang sebenarnya aku anggap salah, aku benarkan sikapku, aku mulai mau, berdua dengannya, pada saat itu, aku anggap itu adalah hal biasa yang banyak orang melakukannya. Aku mau di antarnya, berdua. Sesuatu yang aku pantangi diriku sebelumnya, waktupun berjalan selama empat hari kulalui diriku yang sebenarnya itu bukan aku, hari pun berlalu waktu demi waktu terlewat selama empat hari aku merenungi diriku sendiri dengan banyaknya perubahanku itu, dan di titik akhir hari keempatku aku kembali menemukan diriku sendiri, aku sadar bukan dengan di dorong orang lain aku bisa memotivasi diriku sendiri masa itu, tapi dengan kedekatanku pada Rabb-ku. Aku sadar semua yang kulewati itu, hari-hari kacauku itu terlewat karna aku jauh denganNya. Perlahan akupun dapat temukan diriku kembali dengan banyak keterlanjuran perubahan burukku selama seminggu.Pelan-pelan ku benahi semua. Aku kembali pada pemahamanku semula,aku kembali pada prinsip hidupku sendiri, aku kembali pada mimpi-mimpi ku yang dulu, semua penguatanku kembali pada tempatnya secara perlahan. Terasa betapa beratnya meningkatkan diri kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya, aku kembali pada diriku sendiri.Tentang dia, aku putuskan kembali hubunganku dengannya, karna aku merasa, rasa bersalahku pada pemahamanku yang aku langgar jugalah yang membuatku semakin berat melangkah waktu itu, tak mau ku pungkiri, memang dia yang ada di masa sulitku, tapi bukan karnanya aku dapat mengembalikan diriku, tapi karna aku kembali dekat dengan Rabb-ku, semua kembali pada posisinya masing-masing, dan dia, satu kesalahan besar yang aku lakukan di masa jatuhku adalah melepaskan penjagaan diriku sendiri. Kesalahan terbesarku, membuat hubunganku dengannya menjadi buruk. Tapi, mulai detik itu aku kembali yakin dengan memutuskan semua yang terbaik dan dilakukan karna Allah adalah hal terbaik dan sesuatu yang akan memiliki hasil yang juga terbaik. Insya Allah... kembali kutata mimpi dan harapanku, kukuatkan tiap langkah menuju kebaikan, butuh usaha lebih memang untuk mengembalikan semua pada tempatnya. Tapi itulah pemimpi, ada saat di mana jatuh adalah baik. Pembelajaran hidupkupun bertambah. Tidak selamanya bermimpi itu berjalan diatas dengan aman, ada masanya tali pelindung terlepas dan kemudian jatuh terguling dari pijakannya, tapi seorang pemimpi akan menjadi lebih kuat jika ia dapat membuatnya kembali di atas memperbaiki tali pelindung, dan kembali bergerak diatas bahkan ia berusaha mengencangkan talinya untuk dapat bergerak menanjak hingga ia temukan pijakan berikut di atasnya.. bermimpi dalam hidup adalah menyenangkan. Semangat!
4 April 2012
Sang Pemimpi
2 April 2012
Mentari Hatiku
Orang bilang, pertemuan pertama
selalu kebetulan. Tapi bagaimana pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah
Tuhan campur tangan didalamnya?
Sebut saja ia Tata, nama yang
singkat, mudah diucapkan, dan mudah diingat. Aku masih benar-benar ingat,
pertemuan pertamaku dengan Tata adalah ketidaksengajaan. Memang sebelumnya aku
sudah mengenalnya, bukan mengenalnya tapi sekedar mengetahui nama dan
sedikit tentangnya saja. Aku tahu dia dari temanku yang kebetulan sangat dekat
dengannya. Aku cukup salut dengannya kala temanku bercloteh tentangnya, rasa
penasaranku terhadap sosok Tata semakin mendalam.
Mungkin ini takdir, aku dan Tata
dipertemukan dalam pertemuan yang benar-benar tidak terencana sebelumnya. Tapi
sudah tentu rencana yang Maha Kuasa.“Bagaimana dengan lombamu?“ kalimat
pertama yang aku lontarkan kepadanya. “ah lomba apa? Makan krupuk?“ jawabnya
seolah mengelak. Kami hanya berbincang-bincang sedikit, anehnya ia sama sekali
nggak bertanya siapa namaku. Suatu ketika kita bertemu,dia melontarkan senyum
singkat kepadaku. Fikirku dia sudah lupa denganku. Aku sangat senang mendapati
dia tersenyum kepadaku, seperti sedang kejatuhan rejeki yang berlimpah. Dalam
situs jejaring, aku sengaja mengajaknya chat. Sejak itu dia mulai tahu
namaku. Aku ingin kenal lebih dekat dengannya. Aku coba sms dia, dia
membalas smsku. Aku kembali senang. Sempat aku bercerita banyak kepadanya, dan
kita semakin akrab seiring berjalannya waktu.
***
Pagi yang cerah, aku bermain voly
bersama teman-temanku. Awalnya aku nggak tau kalau ada dia di sekitar lapangan.
Ketika aku hendak bermain voly, dia menanyakanku kepada salah satu temanku. Tak
lama kemudia dia menemukanku.“Icha..!!“ dia memanggilku. Aku kikuk, sempat
salah tingkah di depannya. Mungkin jika aku bercerita hal ini kepada
teman-temanku mereka akan mencemoohku dan mengatakan aku lebai. Aku
menghampirinya. Tapi aku nggak tau harus ngapain.
“ada apa?“ tanyaku dengan sedikit
terbata-bata.
“nggak papa, Cuma ingin ngobrol sama
kamu“
“ya, gimana kabarmu?“ aku sengaja
basa-basi.
“baik, kamu sendiri?“
“baik juga..“
Dia menanyaiku seputar tentang
hidupku. Perlahan dia memutarku ke belakang, ke arah masa laluku. Tapi cukup
senang, dia memotivasiku. Aku mendapatkan banyak pelajaran darinya pagi itu.
***
Gerimis mengguyur kotaku hari ini.
Tak lama kemudian, hujan turun sangat deras. Dalam derasnya hujan aku bermain
hujan-hujanan untuk melepas penat. Aku bersama satu orang temanku
hujan-hujanan, aku bertemu dengannya lagi. Dia menghampiriku dan kami pun
bermain hujan bersama. Dalam gemericik air hujan, kita larut dalam gelak canda
tawa. Sepertinya hujan benar-benar menghapus penatku. Semenjak itu aku mulai
jatuh cinta pada sang hujan.
Hujan telah mereda, aku mulai
kedinginan. Ku ambil handuk kemudian langsung tancap ke kamar mandi. Selang
beberapa hari, aku jatuh sakit. Fikirku dia akan menjengukku. Tapi mungkin aku
terlalu berharap. Kemana? Kemana dia? Hanya satu pertanyaan itu yang datang
dari hati kecilku.
Waktu berlalu sangat cepat, sepeti
putaran roda mobil yang sedang dikendalikan oleh pembalap dan berusaha menyelip
pembalap yang ada di depannya. Sebentar lagi aku ulang tahun. Tapi sikapku
masih aja kaya anak kecil. Butuh waktu lama untuk pendewasaan diri, dan mungkin
ini belum saatnya. Harapanku di ulang tahunku tahun ini, aku bisa menjadi lebih
dewasa dan tidak manja lagi.
Hari spesial, yang
kutunggu-tunggu kini tiba. “Happy birthday to you.. happy birthday to you..
happy birthday happy birtday.. happy birthday to you..“ teman-teman memberiku
surprise dengan membawa sebuah kue coklat. Tepat jam 12 tepat, enambelas tahun
yang lalu aku dilahirkan dari rahim ibuku. Sedih sekaligus bahagia aku rasakan.
Sedihnya karena umurku semakin tua dan sisa hidupku semakin berkurang. Tentu
bahagia karena moment ini hanya datang sekali dalam setahun.
Aku cari kemana Tata, dia nggak ada.
“masa dia lupa sama ulang tahunku?“ tanyaku dalam hati. Tapi kebahagiaan
tersendiri bagiku, dia memberiku surprise yang sangat nggak kuduga sebelumnya.
***
Kali ini aku kecewa dengannya. Hatiku
benar-benar gelap kala mendapati dia seolah acuh kepadaku. Aku mencoba
melontarkan senyum kepadanya, tapi yang kudapati hanyalah dia dengan tampang
monoton. Dia sama sekali nggak membalas senyumku tadi. Entah apa yang membuat
dia jadi seperti itu. Sikapnya ke aku terkadang tak lebih justru nyakitin aku.
Seperti musim pancaroba, kadang panas kadang hujan. Tak tentu. Sama persis
dengan dirinya, kadang baik kadang sok acuh. Air mataku menetes dari ujung
mataku. Entahlah aku merasa sangat nyaman dekat dengannya, sekali tersakiti
olehnya aku merasa jatuh. Dan tidak mudah untuk kembali bangun.
***
Suasana pagi yang masih sejuk untuk
dinikmati semua orang ternyata tidak membuatku merasakan keindahannya. Kilauan
sinar sang raja pagi yang dipancarkan melalui celah-celah jendela juga tak
membuat hatiku tersinari. Semua tak seperti biasa saat aku merasakan keindahan
suasana pagi setelah datang berita duka ini. Berita yang sungguh menyedihkan
hatiku. Sesorang yang telah menyadarkanku serta motivatorku kini terbaring lemah
di rumah sakit. Aku mengetahui berita ini dari temanku. Sungguh, aku sangat
terenyuh kala ku mendengar cerita dari salah seorang temannya bahwa dia
mengidap penyakit jantung. Dan kali ini penyakit jantungnya kambuh.
Sepanjang perjalananku, pikiranku selalu
tertuju padanya.”Semoga cepat sembuh, Tata! Dan aku tunggu pancaran sinarmu
kembali yang mampu menuntunku dan mengeluarkanku dari jurang hitam selama ini.”
Tanpa sadar ada sembarut cahaya yang sangat menyilaukan mataku. Semua seolah
berhenti. Tubuhku juga terasa ringan melayang oleh hempasan angin. Aku
terhenyak, Tata mengejutkanku dari belakang. “woyy.. jangan melamun!” cerocos
Tata.
“Lho kamu sudah sembuh?” tanyaku.
“kamu lihat ndiri gimana?”
“ya.. semoga sih sudah.”
“aamin.. gimana kabarmu? Lama ya
kita nggak ngobrol?”
“hahh.. lama? Emang berapa tahun?
Berapa bulan? Berapa hari? Berapa jam? Berapa menit? Berapa detik? Aku
aja nggak ngitung, waah kamu ngitung yaa?”
“haha.. ya nggak juga sih. Kamu ini,
udah ah. Sekarang ada yang mau kamu omongin nggak?”
“banyak bangett, tapi aku bingung
mau mulai darimana?”
“dari awal hingga akhir!”
Aku canggung, salah tingkah di
depannya. Hal ini jelas membuatku lupa dengan segala yang mau aku omongin ke
dia. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku pengen banget sharing dengannya. Tak
lama kemudian, pembicaraan kita mulai garing. Hanya diam lah yang terjadi
diantara kita.
***
Sesuatu memaksaku untuk keluar rumah
kala angin berhembus dari laut menuju daratan. Dingin menerpaku. Dengan
mengenakan jaket tebal, kulangkahkan kaki keluar rumah. Bagaimana bisa aku
kembali bertemu dengannya malam itu. Dia mengajakku ke suatu tempat, yang jelas
sangat indah. Dalam lalu lalang banyak orang, kami pandangi langit malam.
Sangat indah. Miliyaran bintang berjejer dan hanya ditemani satu galaksi yaitu
bulan. Aku berbincang-bincang panjang lebar dengannya. Seperti biasa, aku
selalu kikuk di depannya. Suasana hening seketika, dia menanyai cita-citaku dan
seputar masa depanku. Energiku bertambah kala dia menyinari hatiku kembali.
Nampaknya kehadiran Tata sangat
berharga dalam hidupku. Perlahan dia memutar dan menentukan arah hidupku,
menarik lenganku, dan membuatku berdiri tegap. Membisikkan seruan angan,
kepercayaan tentang masa depan dan pembelajaran di masa lampau.
“Terima kasih, Tata! Tanpamu aku tak
lebih dari seorang yang lalai.”
Langganan:
Postingan (Atom)